Amerika Serikat kesal Ke China, yang Dikatakan terus-menerus mendukung Kepala Negara Rusia Vladimir Putin Di perangnya Ke Ukraina. Foto/Sergei Bobylev/Sputnik/Kremlin Pool Photo via AP
Respons Washington muncul ketika Putin berkunjung Hingga China Ke Kamis, yang disambut hangat para pemimpin rezim komunis.
“Jika China ingin menjalin hubungan baik Bersama Eropa dan Negeri-Negeri lain, hal ini tidak bisa terus menjadi ancaman terbesar Di Keselamatan Eropa,” kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada Newsweek tanpa disebutkan namanya, Jumat (17/5/2024).
Dia menekankan bahwa ini bukan hanya sikap Washington, Tetapi juga Uni Eropa, Paktapertahananatlantikutara, dan G7.
Kunjungan Putin, yang merupakan perjalanan internasional resmi pertamanya Sebelum terpilih Sebagai masa jabatan kelima sebagai Kepala Negara Rusia, terjadi ketika invasi Moskow Hingga Ukraina memasuki tahun ketiga—dan ketika AS serta Negeri-Negeri Barat lainnya Melakukanlangkah-Langkah Sebagai lebih mengisolasi Moskow Ke Di kemajuan Konflik Bersenjata pasukan Rusia.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS itu mengatakan Rusia Berencana bersusah payah melanjutkan perangnya melawan Ukraina tanpa Dukungan China.
“Tidak ada Negeri yang boleh Memberi platform kepada Putin Sebagai mempromosikan Konflik Bersenjata agresi Di Ukraina,” katanya.
“Kita tidak bisa kembali menjalankan urusan seperti biasa atau menutup mata Di Pelanggar hukum internasional yang jelas-jelas dilakukan Rusia Ke Ukraina. Perlu ada akuntabilitas Untuk mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan Konflik Bersenjata,” paparnya.
Jonathan Ward, peneliti senior Ke lembaga think tank Hudson Institute yang berbasis Ke Washington, D.C., mengatakan kepada Newsweek bahwa kunjungan Putin mencerminkan hubungan yang Lebihterus erat Di Rusia dan China.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: AS Kesal China Terus-menerus Dukung Putin Di Konflik Bersenjata Ukraina