Bisnis  

Proyeksi Gubernur BI Perry Warjiyo: Skenario Penurunan Suku Bunga AS pada Akhir 2024 dan Implikasinya terhadap Dinamika Ekonomi Global serta Kestabilan Sektor Keuangan Indonesia

gubernur_bi_perry_warjiyo_rdg_januari_2024
gubernur_bi_perry_warjiyo_rdg_januari_2024

JAKARTA – Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), memperkirakan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, berpotensi menurunkan suku bunga sekali pada akhir tahun ini. “Apabila risiko potensial tidak materialisasi, kemungkinan besar FFR [Fed Funds Rate] akan mengalami penurunan pada bulan Desember,” katanya dalam acara Taklimat Media Perkembangan Ekonomi Terkini, Rabu (8/5/2024).

Perry menjelaskan, proyeksi tersebut sejalan dengan retorika pejabat Fed yang baru-baru ini kurang hawkish, walaupun belum terlihat dovish. Hal ini dipertimbangkan dengan cermat terhadap tingkat inflasi AS yang masih di atas target serta aktivitas perekonomian yang tetap solid.

Lebih lanjut, Perry menyampaikan bahwa antisipasi penurunan FFR juga telah memicu penurunan tingkat imbal hasil US Treasury, baik yang memiliki tenor 2 tahun maupun 10 tahun. Seiring dengan hal tersebut, indeks dolar AS telah mengalami penurunan menjadi 105,5 per tanggal 7 Mei 2024, dibandingkan dengan sebelumnya yang mencapai 106,3, dengan prediksi akan menguat kembali ke level 107.

Progres tersebut, menurut Perry, diharapkan akan memberikan dukungan terhadap stabilitas perekonomian dalam negeri. Lebih jauh lagi, perekonomian global juga diestimasi akan menunjukkan performa yang lebih positif dari perkiraan sebelumnya.

BI mencatat bahwa aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik telah mencapai Rp22,84 triliun selama pekan pertama dan kedua Mei 2024. Di sektor Surat Berharga Negara (SBN), aliran masuk tercatat sebesar Rp8,1 triliun, dengan rincian Rp5,74 triliun pada pekan pertama Mei 2024 dan Rp2,36 triliun pada pekan kedua Mei 2024.

Perry juga mencatat adanya aliran masuk modal asing di Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp19,77 triliun, dengan rincian Rp16,19 triliun pada pekan pertama Mei dan Rp3,58 triliun pada pekan kedua Mei. Meskipun begitu, masih terdapat aliran modal keluar dari pasar saham sebesar Rp5,03 triliun. Namun, Perry optimis bahwa aliran masuk modal asing akan kembali ke pasar saham seiring dengan prospek positif perekonomian Indonesia.