Bisnis  

Kurs Mata Uang Nasional Terus Melemah, Ini Dampaknya Hingga Situasi Fiskal dan Harga Energi

Pelemahan Kurs Mata Uang Kurs Mata Uang Nasional Di dollar AS berdampak langsung Di Situasi fiskal dan harga energi Di Untuk negeri. FOTO/Ilustrasi

JAKARTA – Pelemahan Kurs Mata Uang Kurs Mata Uang Nasional belakangan ini dipastikan berdampak Di Kesejaganan fiskal Sebab mempengaruhi pos pendapatan dan belanja Di APBN dan juga Berencana berdampak secara langsung Di harga energi Di Indonesia.Di bulan Mei, Kurs Mata Uang Nasional tercatat telah melemah sebanyak 6,58% Hingga level Rp16.431 per Usd AS (USD) Sebelum awal tahun.

Untuk kajiannya mengenai dampak pelemahan Kurs Mata Uang Nasional Di Situasi fiskal dan harga energi, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, Untuk APBN 2024, setiap pelemahan Kurs Mata Uang Nasional sebesar Rp100 per USD Berpotensi Untuk Memperbaiki pendapatan Negeri Di Rp4 triliun. Tapi Di sisi lain, pelemahan tersebut Memperoleh konsekuensi meningkatnya belanja Negeri Di Rp10,20 triliun.

“Artinya, setiap pelemahan Kurs Mata Uang Nasional sebesar Rp100 per USD Berpotensi Untuk Memperbaiki defisit APBN Di Rp6,20 triliun,” ungkapnya Untuk catatan yang diterima SINDOnews, Jumat (28/6/2024).

Selain pelemahan Kurs Mata Uang Nasional, lanjut dia, peningkatan harga Energi Indonesia (ICP) juga Menyediakan dampak negatif Di Situasi fiskal. Setiap peningkatan harga Energi sebesar USD1 per barel menurutnya Berpotensi Untuk Memperbaiki pendapatan Negeri Di Rp3,6 triliun. Berencana tetapi, peningkatan tersebut Menyediakan dampak Di meningkatnya belanja Negeri Di Rp10,10 triliun. Hal itu berarti setiap peningkatan harga Energi sebesar USD1 per barel Berpotensi Untuk Memperbaiki defisit APBN 2024 Di Rp6,50 triliun.

Bersama Detail Komaidi mengatakan, Keputusan moneter ketat yang diberlakukan Bersama sejumlah Negeri, pelemahan Kurs Mata Uang Nasional, dan kecenderungan peningkatan harga Energi Menyediakan dampak Di kinerja APBN 2024. Sampai Bersama kuartal I-2024, pendapatan Negeri dilaporkan lebih rendah dibandingkan periode yang sama Di tahun Sebelumnya.

Sambil Itu, belanja Negeri justru lebih tinggi dibandingkan tahun Sebelumnya. Sampai Bersama kuartal I-2024, pendapatan Negeri dilaporkan Di 7,57 % lebih rendah dibandingkan kuartal I-2023. Penerimaan Retribusi Negara dilaporkan turun 9,29% dan penerimaan Negeri bukan Retribusi Negara (PNBP) dilaporkan turun 6,69 %. Di Dibagian lain, realisasi belanja Negeri baik Untuk pemerintah pusat dan Pindah Hingga Area Di periode yang sama justru dilaporkan lebih tinggi dibandingkan tahun Sebelumnya.

Komaidi menegaskan, pelemahan Kurs Mata Uang Nasional dan/atau peningkatan harga Energi (ICP) Menyediakan dampak langsung Di meningkatnya biaya pengadaan energi, baik listrik, BBM, dan gas Di Indonesia. Peningkatan biaya pengadaan energi itu dapat disebabkan Sebab meningkatnya harga bahan baku dan/atau akibat selisih kurs Kurs Mata Uang Nasional.

Berdasarkan simulasi keterkaitan Di biaya pengadaan BBM Bersama harga Energi mentah dan Kurs Mata Uang Kurs Mata Uang Nasional, jelas dia, ditemukan bahwa setiap peningkatan harga Energi mentah sebesar USD1 per barel Berencana Memperbaiki biaya pengadaan BBM Di Rp150 per liter. Sambil Itu, setiap pelemahan Kurs Mata Uang Nasional sebesar Rp100 per USD, Berencana Memperbaiki biaya pengadaan BBM Di Rp100 per liter.

“Berdasarkan data, rata-rata realisasi kurs Di Bank Indonesia Pada 1 Januari-26 Juni 2024 adalah Rp15.892 per USD atau lebih tinggi Rp892 per USD dibandingkan asumsi APBN 2024. Jika mengacu Di hasil simulasi itu, pelemahan Kurs Mata Uang Nasional tersebut Menyediakan dampak Di meningkatnya biaya pengadaan BBM Di Rp705 Untuk setiap liternya,” cetusnya. Komaidimenambahkan, peningkatan biaya pengadaan BBM Berencana lebih besar lagi jika memperhitungkan realisasi rata-rata ICP Di periode yang sama tercatat lebih tinggi dibandingkan asumsi APBN 2024.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Kurs Mata Uang Nasional Terus Melemah, Ini Dampaknya Hingga Situasi Fiskal dan Harga Energi